Dengan atau tanpa label, gejala yang di sebut
“DEKON” secara nyata telah dirasakan kehadirannya dalam bidang
arsitektur. Namun adalah tugas para teorikus dan kritikus arsitektur
untuk meneliti lebih mendalam gejala tersebut, mengidentifikasikan
karakteristiknya, mengemas dan membubuhinya dengan label yang
dianggap paling tepat, serta mendaurkannya dalam wacana arsitektural.
Sejak
tahun 1988, gejala ‘Dekon’
dalam arsitektur telah menjadi tajuk perdebatan yang hangat. Usaha
untuk mencari kejelasan tentang gejala tersebut telah ditempuh
melalui berbagai cara : symposium, pameran, essay, buku, wawancara
dan lainnya. Kontroversial yang paling seru terutama menyangkut label
yang dibubuhkan pada gejala tersebut. Manakah yang tepat :
‘Dekonstruksi’
atau ‘Dekonstruktivisme’
?
Masing-masing
label tersebut mengacu pada asumsi, sudut pandang, interpretasi dan
implikasi yang berbeda.
Label
‘Dekonstruksi’
secara luas digunakan dalam lingkungan intellectual di Perancis dan
Inggris, berlandaskan pada asumsi bahwa gejala ‘Dekon’
secara langsung berkaitan dengan filsafat kritis Jacques
Derrida.
Label tersebut secara resmi dikukuhkan dalam “
International Symposium on Deconstruction ”
yang diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, London
tanggal 8 April 988, dimana kehadiran Derrida diwakili oleh rekaman
video wawancaranya.1